Pura Luhur Uluwatu

Lokasi

Pura ini terletak di sebelah barat Desa Pecatu termasuk wilayah Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung ± 30 km arah ke selatan dari Kota Denpasar, yaitu di atas tebing yang sangat terjal dengan ketinggian antara 25 – 75 meter dari permukaan laut. Mengenai asal-usul pura ini secara etimologis adalah Luhur = Di Atas, Ulu = Ujung, Watu = Batu. Jadi Pura Luhur Uluwatu artinya pura yang didirikan di atas batu yang menjorok ke laut. Adapun status pura adalah Sad Kahyangan.


Sejarah Pura

Sampai saat ini belum ditemukan sumber-sumber tertulis tentang Pura Luhur Uluwatu baik dalam bentuk Prasasti maupun Purana, akan tetapi terdapat beberapa lontar yang menyebutkan antara lain Lontar Kusuma Dewa, Dwijendra dan Padma Bhuwana.

Dalam Lontar Kusuma Dewa disebutkan beberapa kahyangan di Bali termasuk Pura Luhur Uluwatu didirikan oleh Mpu Kuturan sebagai salah satu Sad Kahyangan pada masa pemerintahan Marakata sekitar abad XI.

Sementara itu dalam Lontar Dwijendra Tattwa diceritakan bahwa Danghyang Dwijendra yang diberi bhiseka Pedanda Sakti Wawu Rawuh yaitu seorang Pendeta Hindu dari Daha (Jawa Timur) datang ke Bali bersama keluarganya dalam masa pemerintahan Dalem Waturenggong sekitar tahun 1546. Pada waktu itulah dikatakan beliau mendirikan Pura ini, di tempat mana kemudian beliau Moksa atau Ngeluhur, sehingga lama-kelamaan masyarakat menamai pura ini “Pura Luhur Uluwatu“.


Struktur Pura

Sebagian besar dari bahan-bahan bangunan pura ini dari palinggih-palinggihnya sampai kepada tembok dan pelatarannya dibuat dari batu karang laut, kecuali atap-atapnya yang ijuk, lalang, genteng dan ada pula yang memakai sirap yaitu Bangunan Bale Wantilan yang terletak di Jaba Pura. Bangunan pokok yang terdapat di Pura Luhur Uluwatu masing-masing terdiri dari :

Jeroan :

  • 1 buah meru tumpang tiga
  • 2 buah bale tajuk di depan sebelah kanan kiri meru
  • 1 buah perada kecil
  • 1 buah bale piyasan catur pandaka

Jaba Tengah :

  • 1 buah Candi Agung yang merupakan pemedal dari Jeroan ke Jaba Tengah
  • 1 buah bak tempat menampung air yang khusus akan dipergunakan untuk pembuatan tirtha (air suci)
  • 1 buah Candi Bentar bersayap yang merupakan pintu gerbang keluar dari Jaba Tengah ke Pura Dalem Jurit
  • 2 buah Arca Ganesha

Jaba Pura :

Di sebelah kanan terdapat Pura Dalem Jurit, dimana terdapat beberapa bangunan pelinggih antara lain :

  • Bebaturan seperti Tepesana yang dilengkapi 3 buah arca dan 2 buah batu berbentuk perahu kecil
  • 1 buah Gedong tumpang dua.
  • 2 buah Bale Tajuk
  • 1 buah Bale Mudak Sari
  • 1 buah Bale Piyasan
  • 2 buah Pelinggih Penganan

Di jaba sebelah kiri terdapat lagi bangunan-bangunan :

  • 2 buah Pelinggih Tugu
  • 1 buah Pewaregan (Dapur Suci)
  • 1 buah Bale Piyasan
  • 1 buah Bale Murda
  • 1 buah Bale Kulkul

Di jaba bagian bawah yaitu dekat jalan raya setelah turun dari Jaba Pura melalui tangga yang cukup panjang terdapat sebuah bangunan baru untuk Bale Pesanekan yaitu tempat istirahat sejenak mempersiapkan diri sebelum ke Jeroan Pura.

Beberapa benda-benda ataupun bangunan yang merupakan peninggalan purbakala yang terdapat di Pura Luhur Uluwatu masing-masing terdiri dari :

  • Sebuah Paduraksa/Candi Kurung yang berbentuk Gapura bersayap yang diperkirakan dibangun pada abad XV
  • Dua buah Arca Ganeça
  • Sebuah arca yang disebut Ratu Bagus Jurit
  • Dua buah batu yang berbentuk perahu

Pura Parerepan di Banjar Kanginan Desa Pecatu dan Pura Dalem Kulat keduanya mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan dengan Pura Luhur Uluwatu.

Adapun pengemong Pura Luhur Uluwatu pada masa ini adalah Puri Jero Kuta, Pura Dalem Jurit diempon oleh Puri Celagi Gendong, Pura Dalem Kulat diempon oleh Puri Jero Kuta dam Pura Parerepan diempon oleh Puri Jero Kuta. Oleh karena masa-masa yang lalu beberapa puri pernah pula mengempon Pura Luhur Uluwatu maka pada setiap ada karya di Pura Luhur Uluwatu Puri Jero Kuta dan Puri Celagi Gendong selalu mengadakan konsultasi dengan beberapa puri tersebut antara lain :

  • Puri Pemecutan
  • Puri Denpasar
  • Puri Kesiman
  • Puri Mengwi

Sedangkan Penyiwi/Penyungsung Pura Luhur Uluwatu ini adalah semua umat Hindu Dharma, dimana penyiwi utamanya adalah masyarakat umat Hindu yang ada di Desa Pecatu dan Kabupaten Badung. Adapaun piodalan di Pura Luhur Uluwatu pada Hari Anggara Kasih Medangsia, dan pelaksanaannya setelah kekuasaan raja-raja di Bali berakhir, dilakukan oleh masing-masing Puri Jero Kuta bersama pemangku di Pura Luhur Uluwatu, Pura Dalem Kulat dan Pura Parerepan. Demikian pula dengan Pura Dalem Jurit oleh Puri Celagi Gendong, semuanya bekerja sama dan dibantu oleh Krama Adat Desa Pecatu.

3 thoughts on “Pura Luhur Uluwatu

  1. Pingback: Padma Mandala, Sad Kahyangan dan Dang Kahyangan | ...blog nak belog...

  2. Pingback: Pura Kahyangan Jagat | ...blog nak belog...

  3. Pingback: Pura Uluwatu – Acervo Lima

Leave a comment