Pura Lempuyang Luhur

Pura Lempuyang Luhur terletak di bagian timur Pulau Bali. Tepatnya di Desa Purahayu, Kecamatan Abang, Karangasem. Di Bukit Gamongan atau Bukit Bisbis atau Gunung Kembar berdiri hening Pura Lempuyang Luhur. Menurut buku Upadesa, pura ini salah satu dari Pura Sad Kahyangan di Bali, tempat memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Iswara.

Memuja Tuhan sebagai Sang Hyang Iswara sebagai pelindung arah timur – arah terbitnya matahari. Pemujaan pada Sang Hyang Iswara untuk mengarahkan diri agar mendapatkan sinar pencerahan hidup (jyotir).

Berdirinya Pura Lempuyang Luhur ini tidak dapat dipisahkan dengan peristiwa turunnya “Bhatara Tiga” pada jaman dahulu dari Gunung Semeru di Bali dan kejadian-kejadian sesudah peristiwa tersebut. Dari sekian banyak sumber, ada baiknya dikutip tiga buah diantaranya, yaitu :

Continue reading

Purana Pura Puseh Kangin – Terjemahan

Ya Tuhan, semoga hamba tidak mendapat halangan dan semoga berhasil.

Permohonan maaf hamba kehadapan Bhatara junjungan kami, sungguh lah beliau Hyang Pasupati, yang berstana di alam suci, yakni di gunung Jambhudwipa, demikian juga kami mohon maaf kepada para Bhatara Hyang semuanya, yang berwujud OM-kara Ratna Mantra, berbadankan suci tiada taranya, beliau berwujud Yogi Agung dan beliaulah yang memberi anugrah, ada sabda yang terdahulu, yakni ada ceritra dari para leluhur, untuk itu agar kami tidak mendapatkan kualat dari para Hyang dan semoga juga terbebas dari dosa dan mala pataka, demikian juga tidak mendapatkan kutukan oleh beliau para Hyang kami, semoga menjadi sempurna, mendapatkan keselamatan, termasuk seluruh anggota keluarga kami dan keturunan kami dan semoga sejahtra di dunia.

011914_1138_BabadMunang1.jpg

Inilah tentang keberadaan Parhyangan. Ada ceritra lama, yakni ada maya sakti, yang belum ada Parhyangannya, yang amat hebat bertaring tajam, sangat menakutkan, bagaikan prilaku raksasa, loba moha murka, menghina sastra yang utama, mencela keadaan masa lampau, itu semuanya musnah dan bercerai berai, setelah hilang semua kekotorannya, lalu kembali ke alam sorga, entah berapa lamanya, akhirnya kembali menjelma atas titah para Hyang, lalu diberikan anugrah berwujud Ardhanareswari, yang akhirnya dimasukkan secara gaib dalam kelapa, diputar dengan pedang, setelah diupacarai dan disucikan, oleh beliau yang berstana di Tohlangkir (gunung Agung), atas perintah Hyang Pasupati, berstana di kerajaan Bali, menjadi penguasa negara, berubah sebutan (abhiseka) beliau, menjadi raja di Bali dengan abhiseka Sri Aji Masula Masuli, lalu dinikahkan dengan adiknya, tak terceritrakan kesejahtraan rakyat, dalam kelahiran beliau dahulu, entah berapa lamanya beliau berkuasa, berganti-ganti abhiseka, setelah pada waktunya beliau wafat pulang ke sorga loka, demikianlah tersebut dalam Usana.

Continue reading