Pande Wayan Tusan – Tokoh Seniman Selonding

Pande Wayan Tusan, yang sering dipanggil I Wayan Tusan, dan kini beliau sudah menjadi orang suci (Sri Mpu Dharma Phala) lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga miskin, dari pasangan Guru Komang Gede dan Ni Nengah Wage di Banjar Tunggak, Dusun Pandesari, Bebandem pada tahun 1943.

selonding

Karena keadaan ekonomi, beliau hanya sempat mengenyam pendidikan formal SR (Sekolah Rakyat) 6 tahun pada Sekolah Rakyat No. 1 Bebandem dengan ijazah tahun 1959.

Bakat “‘Nyastra” rupanya diwarisi dari akar budaya sang ayah, yang mengabdikan diri sebagai “Balian Usada” yang cukup dikenal pada masanya dan kini mewariskan sejumlah lontar dan pengrupak, yang mengilhaminya untuk melanjutkan belajar secara tradisional (1967) di geria-geria di Budhakeling, Sibetan, Bungaya dan Sidemen, mendalami “guna dusun” yaitu kesusastraan tradisional dan kesenian daerah Bali lainnya.

Continue reading

Gambelan Selonding Banjar Pande Tunggak – Bebandem

Gamelan Selonding memiliki sandaran sejarah yang sangat berpengaruh bagi perkembangan Karawitan Bali. Gamelan Selonding sebagai “puncak-puncak budaya”, sekaligus merupakan arsip dari kegiatan bermusik nenek monyang di masa lampau yang diciptakan pada saat jiwanya dalam keadaan damai, indah dan agung, yang dilandasi dengan kesucian dan ketulusan hati yang mendalam sebagai wujud persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Nilai-nilai luhur kehidupan nenek moyang di masa lalu perlu digali kembali dan dikembangkan demi memelihara dan menegakan citra serta martabat dan untuk menapak langkah selanjutnya di masa depan.

selonding

Gamelan Selonding sudah cukup lama dan telah begitu panjang berdialog dalam khasanah kebudayaan Bali di tengah-tengah peradaban Kebudayaan Nusantara. Sampai saat ini di Bali masih sanggup bertahan dalam identitas alam tradisionalnya, serta masih mampu mengendalikan alamnya sendiri. Memang demikian, karena justru di khasanah musiknya sendiri terkandung nilai-nilai universal seperti keluhuran budaya, norma-norma peradaban, adat istiadat, dan aspek filosofinya yang religius magis, sehingga menjalani kedamaian serta kerukunan hidup dengan masyarakat pendukungnya.

Continue reading